Kasih Komentar ya


Yuk Chat

Kalender

Arabic Keyword

Kalender Hijriah

Pengunjung

website stats

tukeran link

Image Hosted by ImageShack.us

User Visit

Kisah Tauladan Rasul SAW

Michael H. Hart dalam bukunya The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History yang diterjemahkan oleh H. Mahbub Djunaidi menjadi Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, memberi alasan mengapa Nabi Muhammad saw. ditempatkan dalam urutan pertama daftar buku seratus tokoh paling berpengaruh yang ditulisnya. Menurut penilaiannya Nabi Muhammad saw. satu-satunya orang dalam sejarah peradaban manusia telah berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Nabi Muhammad saw. telah berhasil meyakinkan masyarakat kafir Quraisy agar mau menanggalkan kebiasaan menyembah berhala menuju sikap ketauhidan yang hakiki yakni meng-Esa-kan Tuhan.

Nabi Muhammad saw. juga dinilai telah berhasil mengemban amanat sebagai nabi dan rasul Allah, meyakinkan umat sampai akhir zaman bahwa agama Islam adalah agama untuk seluruh manusia (Al-A’raf 156) serta rahmatan lil ‘alamin/rahmat bagi seluruh alam (A-Anbiya 107). Kini tiga belas abad setelah wafatnya, agama Islam dengan kitab suci Alquran serta sepak terjang beliau sebagai sunahnya telah menjadi keyakinan, pedoman dan pegangan hidup sebagian besar umat di dunia.

Penghargaan dan penghormatan seorang H. Hart terhadap keberadaan Nabi Muhammad saw. yang dalam literasi Islam diyakini sebagai Rasulullah serta nabi dan rasul terakhir/penutup atau khataman nabiyyin (Al-Ahzab 40, Al-Fath 29) juga merupakan kewajiban seluruh umat Islam dalam berbagai dimensi waktu ( masa lalu, masa kini maupun masa mendatang) mengingat Nabi Muhammad saw. diyakini perilaku kehidupannya adalah contoh teladan yang baik/uswatun hasanah (Al-Ahzab 21), berakhlak mulia (Al-Qolam 4) serta bersih dari dosa dan kesalahan (Al-Fath 2).

Menurut Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1982) seperti juga pendapat H. Hart, Muhammad lahir pada tahun Tahun Gajah (570 Masehi), sedang menurut Dr. Miftah Faridl (1982) kelahiran Muhammad adalah hari Senin 12 Rabi’ul Awwal atau 20 April 571 M. Ia lahir di kota Mekah di rumah kakeknya Abdul Muttalib, letak kota Mekah berada di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan.

Allah SWT telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad saw. jauh sebelum kelahiran beliau, bahkan nabi-nabi sebelumnya telah pernah diangkat janjinya untuk percaya akan datangnya seorang rasul (Ali Imran 81).

Tanda-tanda lain menurut Quraish Shihab (1999) terlihat pula dari bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabiul Awal (musim bunga). Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya Abdul Muthalib bergelar Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang membantu melahirkan bernama Asy-Syifa’ (yang sempurna dan sehat) serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa’diyah (yang lapang dada dan mujur), semuanya mengisyaratkan keistimewaan serta berkaitan erat dengan kepribadian Nabi Muhammad saw.

Halimah binti Abi-Dhua’ib sendiri adalah seorang wanita dari keluarga Sa’d yang menyusui Muhammad hingga usia dua tahun. Atas kehendak ibunya Aminah, Muhammad tinggal pada keluarga Sa’d di pedalaman Sahara dalam pengasuhan Halimah sampai usia lima tahun. Bagi Halimah sendiri keberadaan Muhammad di lingkungan keluarganya telah memberinya berkah pada kehidupannya. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah. Allah SWT telah memberkahi semua yang ada padanya.

Muhammad lahir dalam keadaan yatim dari keluarga yang sederhana, peninggalan ayahnya Abdullah sesudah wafat hanyalah lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan yaitu Umm Aiman, yang kemudian menjadi pengasuh Nabi, semuanya menggambarkan bahwa keluarga Muhammad bukan keluarga yang kaya, tapi bukan pula keluarga yang miskin. Allah SWT kemudian memberinya hidup berkecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s. sebagaimana firman-Nya, “Bukankah Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu, dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia mendapatimu dalam kedaan kekurangan, lalu memberimu kecukupan” (Q.S. Ad-Dhuha: 6-8).

Kebimbangan dan keraguan beliau digambarkan dalam Alquran manakala ia sendiri tidak pernah menduga akan mendapat tugas mulia dari Allah SWT harus menjalankan tugas sebagai nabi (penyampai berita) pada usia 40 tahun yang disebutkan dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, ditandai dengan turunnya wahyu pertama Iqro’ bismi Rabbik.

Selanjutnya dengan petunjuk dan bimbingan Allah SWT melalui wahyu-Nya atas perantaraan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad saw. menjalankan tugasnya sesuai perintah Allah SWT yakni menyampaikan ajaran Islam, bukan saja untuk masyarakat dan waktu tertentu, tetapi untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat, sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah (hai Muhammad), wahai seluruh manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua.” (Al-A’raf 158).

Kini umat manusia di dunia ini, termasuk kita semua, telah mewarisi dua pusaka yang sangat berharga peninggalan beliau, yakni Alquran dan Al-Hadis, keduanya merupakan cerminan dari akhlak beliau yang patut diteladani oleh seluruh pengikutnya sampai akhir zaman. Jika kita tinggalkan, celakalah kita semua, sedang jika kita amalkan, selamatlah kita semua. Wallahu a’lam bishawab

Nabi Muhammad SAW jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu.” Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam mengingatkan, “berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya.” Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.

Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis rasul SAW. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi malah mencium sorban Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tersebut.

Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi SAW, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.

Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul SAW selalu memujinya. Abu Bakar- lah yang menemani Rasul SAW ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul SAW sakit. Tentang Umar, Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam pernah berkata, “Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Rasul SAW bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, rasul SAW memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta’wil) mimpimu itu? Rasul menjawab “ilmu pengetahuan.”

Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Utsman karena itu Utsman menikahi dua putri rasul, hingga Utsman dijuluki Dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. “Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.” “Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik.”

Para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada rasul. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap Rasul . Mereka ingin Rasul menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum rasul memutuskan siapa, Abu Bakar berkata: “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin.” Kata Umar, “Tidak, angkatlah Al-Aqra’ bin Habis.” Abu Bakar berkata ke Umar, “Kamu hanya ingin membantah aku saja,” Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud membantahmu.” Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal- amal kamu dan kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Hujurat 1-2)

Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara kepada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat rasul takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan rasul SAW.

Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, rasul didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata pada rasul, “Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami”

Nabi Muhammad SAW mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?” “Sudah.” kata Utbah. Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.

Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dengan sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan sebenarnya adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan menyuruh kaumnya membiarkan rasul berbicara.

Ketika rasul tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji rasul bahwa rasul akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya rasul. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang rasul. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui rasul dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab rasul? “Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu.” Sahabat ini menangis keras. Bagi rasul janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun rasul merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi rasul SAW janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi Muhammad sallAllahu ‘alayhi wasallam telah menyerap di sanubari kita atau tidak.
Sumber : http://bukansiapasiapa.multiply.com

Selengkapnya......

Andaikata Rasulullah Menjadi Tamu Kita

Bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa.
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.

Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Shalawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols atau AFI.
Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah.

Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.

Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.

Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita?

Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........

Masihkah beliau tersenyum?

Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........

Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktifitas.

Siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan!

Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita denganNya perlahan-lahan terenggut dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah.
Sumber : dudung.net

Selengkapnya......

Sebungkus Kurma Abu Aqil

Oleh : Dadan *)

Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Abu Aqil sedemikian resah seperti hari itu. Dia tenggelam dalam fikirannya tanpa mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Dia seolah-olah tidak mendengar bunyi apapun dan tidak melihat sesuatupun. Dia melangkah ke arah rumahnya dengan cepat. Matanya memandang tanah dan mulutnya kelihatan komat-kamit mengatakan sesuatu. Dia melewati lorong sempit sebelum akhirnya tiba ke rumahnya. Dengan menarik nafas yang dalam, Abu Aqil lalu bersandar di sebatang pohon tua di tengah halaman rumah.

Isterinya menyadari kekhawatiran yang melanda suaminya itu dan bertanya, “Suamiku, apa yang terjadi?” Abu Aqil kemudian berjalan masuk ke rumahnya. Karena kelelahan, dia bersandar ke dinding rumahnya, lalu berkata, “Musuh Tuhan berniat untuk memerangi kita. Tentara muslim sudah disiagakan untuk melawan musuh. Tetapi, tentara kita tidak punya bekal dan makanan. Kami sedang berada di masjid ketika Nabi membacakan sebuah ayat suci Al-Quran dan meminta kaum muslimin untuk memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing kepada tentara Islam.”


Isteri Abu Aqil bertanya, “Apakah bunyi ayat itu?” Abu Aqil menutup matanya dan setelah berpikir sejenak, dia membaca ayat ke-11 dari surat Al-Hadiid yang artinya, “Siapa saja yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, akan diberi Allah balasan pinjaman yang berlipatganda dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”

Isterinya dengan pandangan kecewa menatap lantai ruangan kamar dan berkata, “Engkau adalah pemimpin rumah ini dan engkau lebih mengetahui bahwa kita tidak punya harta dan simpanan apapun untuk kita berikan di jalan Tuhan. Abu Aqil menjawab, “Tetapi, kita harus turut melibatkan diri dalam tugas ini. Tidakkah engkau ketahui bahwa perbuatan ini disenangi oleh Tuhan dan Rasul-Nya?”

Abu Aqil melanjutkan perkataannya, “Ayat ini sangat menyentuh perasaanku sehingga aku segera pulang ke rumah. Hari ini semua orang Islam membawa apa yang mereka miliki kepada Nabi Muhammad saaw agar permintaan Tuhan terpenuhi.” Isterinya tersenyum dan dia mengambil salah satu bejana dan mengeluarkan segenggam kurma sambil berkata kepada Abu Aqil, “Kita mempunyai sedikit kurma. Ambillah dan berikan kurma ini kepada Nabi.”


Abu Aqil tertegun dan mengguman sendirian, “Apa yang bisa diperbuat dengan kurma ini? Tetapi ini lebih baik daripada tidak memberi sesuatupun.” Isterinya lantas menaruh kurma itu dalam sebuah kain bersih dan memberikannya kepada Abu Aqil. Dengan gembira, Abu Aqil berkata, “Meskipun kurma ini tidak tampak berguna tetapi ia dapat dimanfaatkan di medan perang.”

Halaman kecil masjid ramai dipenuhi umat muslimin. Abu Aqil berada di antara mereka. Dengan langkah yang lemah, dia memperhatikan bahwa ada beberapa ekor biri-biri, kambing, dan unta terikat di luar masjid. Abu Aqil menyadari bahwa hewan-hewan itu merupakan hadiah dari orang ramai. Dia juga melihat orang-orang yang berkumpul di dalam masjid dengan hadiah besar dan kecil di tangan mereka. Abu Aqil merapatkan bungkusan yang berisi kurma ke dadanya dan dia berjalan masuk ke dalam masjid.

Melihat banyaknya kaum muslimin yang berdatangan menyerahkan hadiahnya kepada Nabi SAWW, kaum munafikin merasa tidak senang, dan muncul kebencian di dalam hati mereka, yang mendorong mereka untuk mengejek setiap orang yang menyerahkan sedekah dan bantuan kepada Nabi. Orang yang memberikan bantuan dalam jumlah besar, mereka ejek sebagai pamer, tidak ikhlas dan mengharap pujian. Sedangkan orang yang memberikan bantuan dalam jumlah sedikit, mereka ejek dengan mengatakan, "Allah dan Rasul-Nya tidak memerlukan bantuan kamu."

Melihat sikap orang-orang munafik itu, Abu Aqil sempat beberapa kali ingin mengambil keputusan untuk pulang ke rumahnya dan menjauhkan diri dari pandangan para pengganggu itu. Tetapi ada kekuatan dalam dirinya yang menghalanginya untuk pulang. Akhirnya dia duduk diam-diam di sudut masjid. Dilihatnya Nabi Muhammad SAWW duduk di tepi mihrab dan menerima hadiah-hadiah dari umatnya. Dia berharap dalam hati, alangkah baiknya jika dia mempunyai simpanan yang lebih pantas untuk diberikan kepada Nabi.

Tiba-tiba, masjid yang semula dipenuhi dengan suara ramai dilanda kesepian dan kesunyian. Abu Aqil memandang kepada Rasulullah. Rupanya, Rasul sedang menerima wahyu. Rasulullah SAWW menutup mata dan wajahnya seolah-olah sedang tenggelam dalam cahaya yang bersinar. Semua sahabat memahami keadaan Nabi ini dan menanti sampai Rasul selesai menerima wahyu.

Rasulullah kemudian membuka matanya dan dengan langkah yang perlahan beliau bergerak ke arah Abu Aqil. Jantung Abu Aqil berdebar-debar dan dia berusaha untuk menyembunyikan bungkusan kurmanya. Lalu, terdengar suara Rasulullah yang memecah kesunyian masjid, “Wahai manusia, baru saja Jibril menyampaikan wahyu dari Allah kepadaku. Ketahuilah bahwa para malaikat yang berada di langit, memandang bumi untuk menyaksikan pinjaman siapakah yang terbaik di sisi Tuhan.”

Rasulullah kemudian meletakkan tangannya ke atas pundak Abu Aqil dan berkata, “Ketahuilah, hadiahmu lebih berharga dari emas di sisi Tuhan. Orang munafik yang mencelamu dan menyebabkan hatimu sakit, kelak akan diberi azab. Wahai Abu Aqil, para malaikat sedang menanti, berikan hadiah itu kepadaku dan ketahuilah bahwa Allah ingin agar aku menggembirakanmu. Engkau hari ini disenangi oleh Allah.”

Abu Aqil masih tidak percaya, dia merasa seolah-olah sedang bermimpi, sebuah mimpi yang amat manis. Rasulullah dengan penuh kasih sayang mengambil bungkusan kurma tersebut dari tangannya dan membelai kepala Abu Aqil. Ketika itu pula Rasul membacakan ayat ke-79 surah Taubah yang artinya, “Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memiliki apapun untuk disedekahkan selain dari yang disanggupinya. Allah akan membalas penghinaan mereka itu dan bagi mereka azab yang pedih.”
*) di kutip Irib
Sumber : CyberMQ

Selengkapnya......

A Love Story Off Lizard (Kadal)

Oleh : Ur sister in ISLAM

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang.

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya ....Subhanallah.

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara lelaki, saudara perempuan.....Berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita cintai . JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA CINTAI I!!! Sebuah catatan dari Cae Hiew : "Cinta membuat jiwamu muda kembali dan menghilangkan semua keriput"


They say that to err is to slip is never a sin; instead, it's a chance to get back upand climb the hill again.Take the setbacks in stride and make failure a time of reflection.Remember that it takes practice should you hope to gain perfection.
Even if you veer from the path and find yourself astray,
if you hold your dream dear, you'll eventually find the way.
And when you look back at the trials you endured in the past, it will be such an incredible feeling,
to know that you made it at last.
Sumber : CyberMQ

Selengkapnya......

Renungan

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi
betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.
betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.


Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

sumber :http://www.motivasi.web.id/

Selengkapnya......

Hikmah Menundukan Pandangan

Segala peristiwa berawal dari pandangan mata
jilatan api bermula dari setitik bara
berapa banyak pandangan yang membelah hati
laksana anak panah yang melesat dari tali
selagi manusia masih memiliki mata untuk memandang
dia tidak lepas dari bahaya yang menghadang
senang di permulaan dan ada bahaya di kemudian hari
tiada ucapan selamat datang dan ada bahaya saat kembali
(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah)

Cahaya dan keceriaan yang datang karena menahan mata ini bisa terlihat di mata,wajah dan seluruh bada.

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh karena menahan pandangan mata, Ibnu Qayyim Al-jauziyyah (1417:75) merincinya sebagai berikut :

* Membersihkan diri dari derita penyesalan

Siapa yang suka mengumbar pandangan matanya maka penyesalan yang dia rasakan tiada henti-hentinya. Pandangan akan menyusup ke dalam hati seperti anak panah yang meluncur saat dibidikkan.Jika tidak membunuh tentu anak panah akan membuat luka .atau pandangan itu seperti bara api yang dilemparkan kedahan-dahan kering.jika tidak membakar semuanya,tentu ia akan membakar sebagian diantaranya.
Ada pula sebuah Hadis yang serupa dengan ini,dan bahkan merupakan bagian darinya,"Pandangan mata itu (laksana)anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis.Barang siapa menahan pandanganya dari keindahan-keindahan wanita,maka Allah mewariskan kelezatan di dalam hatinya,yang akan dia dapatkan hingga dari dia bertemu dengan-Nya".

* Mendatangkan kekuatan firasat yang benar

Menahan pandangan bisa mendatangkan kekuatan firasat,karena firasat itu termasuk cahaya dan buah dari cahaya. Jika hati bercahaya,maka firasat juga tidak akan meleset,sebab hati itu kedudukanya seperti cermin yang memperlihatkan seluruh data seperti apa adanya,Sedangkan orang yang mengumbar pandangan matanya,maka seperti orang yang menghembuskan nafas di cermin hatinya,sehingga cahayanya menjadi pudar.
Syuja' Al-Karmany berkata, "jika zhahir seseorang mengiktui sunnah,bathinya merasakan pengawasan Allah,dia menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan,menahan diri dari syahwat dan memakan makanan yang halal,tentu firasatnya tidak akan meleset". Syuja' ini dikenal sebagai orang yang firasatnya tidak pernah meleset.

* Membuka pintu dan jalan ilmu serta memudahkan untuk mendapatkan sebab-sebab ilmu

Hal ini terjadi karena adanya hati.Jika hati bersinar terang,maka akan muncul hakikat-hakikat pengetahuan di dalamnya dan mudah dikuak,sehingga sebagian demi sebagian ilmu itu bisa diserap. Namun siapa yang mengumbar pandangan matanya,maka hatinya akan menjadi kelam dan gelap.Jalan dan pintu ilmu menjadi tertutup.

* Mendatangkan kekuatan hati,keteguhan dan keberanian

Dengan begitu seseorang yang menahan pandangan matanya bisa menguasai pandangan itu yang disertai dengan Hujjah. Di dalam atsar disebutkan,"Siapa yang menentang hawa nafsunya,maka setan merasa takut kepadanya. "Oleh karena itu,diantara orang yang mengikuti hawa nafsunya ada yang hatinya menjadi hina dan lemah,jiwanya kerdil dan tak ada harganya,karena Allah juga menjadikanya orang yang mementingkan hawa nafsunya dari pada Keridhaan-Nya".

* Mendatangkan kegembiraan,kesenangan dan kenikmatan

Tidak dapat diragukan,jika seseoramh menentang hawa nafsunya,tentu kesudahanya adalah kegembiraan,kesenangan dan kenikmatan yang jauh lebih besar dari pada kenikmatan mengikuti hawa nafs. Oleh karena itulah akal lebih menonjol dari pada hawa nafsu

* Membebaskan hati dari tawanan syahwat

Sesungguhnya orang yang layak disebut tawanan adalah orang yang bisa ditawan oleh syahwat dan hawa nafsunya,seperti yang dikatakan didalam pepatah "Orang yang mengumbar pandangan matanya adalah seorang tawanan."Jika syahwat dan nafsu sudah menawan hati manusia ,maka memungkinkan bagi musuh dari rivalnya untuk melancarkan siksaan kepadanya,sehingga dia seperti anak burung ditangan anak kecil yang memainkanya sesuka hati.

* Menutup pintu neraka jahannam

Pandangan mata adalah pintu syahwat yang menuntut pelaksanaanya. Pengharaman Allah dan syariat-Nya merupakan tabir penghalang untuk mengumbar pandangan.Siapa yang merusak tabir ini ia akan berani melanggar larangan.Dia tidak akan berhenti pada satu tujuan saja.Jiwa manusia tidak akan menentang tujuan yang sudah diperoleh,lalu ia ingin mendapatkan kesenangan dalam hal yang baru lagi. Orang yang terbiasa dengan sesuatu yang pernah ada,tidak menolak untuk menerima sesuatu yang baru,apalagi sesuatu yang baru itu tampak lebih indah,Menahan mata bisa menutup pintu ini,yang karenanya banyak raja-raja tidak mempu mewujudkan apa yang didinginkanya.

* Menguatkan dan mengokohkan akal

Mengumbar pandangan tidak akan dilakukan kecuali oleh orang yang lemah akalnya,gegabah dan tidak mempedulikan akibatnya di kemudian hari. Orang yang cemerlang akalnya adalah orang yang bisa mmempertimbangkan akibat. Andaikata orang yang mengumbar pandangan mengetahui akibat dari perbuatanya,tentu tidak akan berani lancang mengumbar pandanganya.

* Membebaskan hati dari syahwat yang memabukkan dan kelalaian yang melenakan.

Mengumbar pandangan mata pasti akan membuat pelakunya lalai terhadap Allah dan memikirkan hari akhirat serta membuatnya mabuk kepayang dalam tawanan cinta.
Pandangan mata adalah segelas arak dan cinta yang dapat mabuk bila meminumnya. Mabuk cinta jauh lebih parah dari pada mabuk karena arak,Orang yang mabuk karena arak bisa segera sadar kembali,tapi jika mabuk karena cinta jarang yang bisa sadar kembali,kecuali jika dia sudah diambang kematian.

Faidah menahan pandangan mata dan bencana mengumbarnya jauh lebih banya dari yang disebutkan disini,Ini dimaksudkan hanya untuk memberi peringatan,terutama pandangan kepada sesuatu yang tidak dibutuhkan menurut ketentuan syariat,seperti memandangi pemuda yang tampan,dan atau wanita yang cantik karena memandangi mereka akan menimbulkan nafsu dan merupakan racun yang mematikan dan penyakit yang ganas.
Sumber :http://dikdod.multiply.com

Selengkapnya......

Kawasan Narsis

Selengkapnya......