Kasih Komentar ya


Yuk Chat

Kalender

Arabic Keyword

Kalender Hijriah

Pengunjung

website stats

tukeran link

Image Hosted by ImageShack.us

User Visit

Merancang Hidup Lebih Baik

Hikmah Tahun Baru Islam:
Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki
semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini
secara lebih baik. ''Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang
kaya raya.'' Kalimat itu diucapkan seorang sahabat Rasulullah,
Sa'ad bin Rabi, kepada sahabat lainnya, Abdurrahman bin 'Auf. Sa'ad
tak bermaksud pamer dan sombong, tapi hendak meyakinkan Abdurrahman
agar mau menerima tawarannya.
''Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah,'' tegas Saad. Tidak hanya itu,
Saad menambah penawarannya. ''Aku pun mempunyai dua orang istri,
coba perhatikan yang lebih menarik perhatian Anda, akan kuceraikan ia
hingga Anda dapat memperistrinya.'' Abdurrahman menolak halus tawaran
tulus nan menggiurkan itu. Malah ia minta ditunjukkan letak pasar.
Ia menolak ikan, tapi mau kail agar bisa memancing sendiri.


''Semoga Allah memberkati Anda, istri, dan harta Anda. Tunjukkanlah
letak pasar agar aku dapat berniaga.'' jawabnya. Rekaman peristiwa dan
dialog antara Sa'ad dan Abdurrahman itu, sebagaimana diriwayatkan
Anas bin Malik, terjadi saat Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar di Madinah. Saad adalah penduduk Madinah,
sedangkan Abdurrahman termasuk kaum Muhajirin. Saad bukan satu-satunya
kaum Anshar yang menjadi penolong kaum Muhajirin.

Dengan semangat persaudaraan Islam, saat umat Islam Makkah hijrah
ke Madinah bersama Rasulullah, umat Islam Madinah dengan suka-cita
menyambut kaum pendatang, memberi bantuan, dan bersama-sama
membangun negeri Islam Madinah. Keindahan ukhuwah Islamiyah kaum
Muslimin generasi awal itu, antara Anshar dan Muhajirin, seakan tampak
di pelupuk mata ketika kita memasuki Tahun Baru Islam 1425 Hijriyah,
hari Minggu (22 Februari 2004 M).

Kita pun seyogianya menggali kembali hikmah yang terkandung di balik
peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah
ini.
Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama 'Tahun Muhammad'
atau 'Tahun Umar'. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang
atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun
Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah
(Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura,
yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami
(dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan
kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno
(naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan
Tahun Samura). Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang
berasal dari Raja Aji Saka.

Menurut dongeng atau mitos, Aji Saka diyakini sebagai raja keturunan
dewa yang datang dari India untuk menetap di Tanah Jawa. Penetapan
nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan
Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya
dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah
baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya
atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan
Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan
Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai
historis
yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang
yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib.
Dialah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai
penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan
Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba,
cendekiawan Islam asal Malaysia, menuliskan, ''Dipandang dari ilmu
strategi,
hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah
mengembangkan
iman dan mempertahankan kaum mukminin.'' Hijrah adalah momentum
perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat
Islam, yang diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim
(ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh
itu telah membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya
ke berbagai penjuru bumi. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah
Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti,
jika
umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang
tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat
jalinan
ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.
Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan
diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari
hingga
tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang
lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya
selalu lebih
baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut
untuk
menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hadis Rasulullah yang sangat
populer
menyatakan, ''Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah
orang yang beruntung.
Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini
lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.'' Oleh karena itu, sesuai
dengan QS 59:18, ''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan
introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi
hari esok (alam akhirat).'' Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa
merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah
perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
''Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,''
sabda Rasulullah. Kita ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah
menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak, dan sedekah.
Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan
dan kerjasama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja,
mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri,
dan tidak bergantung pada belas kasih orang lain.
Lihat saja teladan Abdurrahman bin Auf dengan semangat wirausahanya.
Ia memilih berdagang untuk mencari nafkah hidupnya ketimbang menerima
belas kasihan orang lain. Tidak kalah pentingnya, tahun ini kita harus
hijrah
pilihan politik, dari parpol dan politisi busuk kepada parpol dan
politisi harum,
dari rezim korup dan zalim kepada pembentukan pemerintahan Islami yang
bersih.
Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum
Muhajirin dan Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan
partai Allah (hizbullah) yang menegakkan syiar Islam berasaskan tauhid
dan
ukhuwah, bukan memenangkan partai setan (hizbusy syaithon) yang
mengibarkan bendera kebatilan.
Wallahu a'lam. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1428 Hijriyah.