Kasih Komentar ya


Yuk Chat

Kalender

Arabic Keyword

Kalender Hijriah

Pengunjung

website stats

tukeran link

Image Hosted by ImageShack.us

User Visit

40 Hadist tentang Akhir Zaman


Berikut ini adalah 40 hadist tentang hari kiamat, semoga kita yang membacanya semakin bertambah iman dan taqwa kita terhadap Allah SWT. dan semoga hidayah dari Allah diturunkan ketika kita membaca hadis-hadis ini. hadis ini dikutip dari http://40hadith.blogspot.com/
Jika ada kesalahan dalam penulisan, saya minta maaf. kritik dan saran saya terima untuk perubahan dari blog ini. semoga kita masih tetap "semangat untuk berubah !!!".





Selengkapnya......

Ikhtilat-nya Sang Aktivis Kenapa terjadi ?!?!


Hudzaifah.org -

"Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat sekali?," tanya seorang akhwat kpd temannya karena ia sering melihat seorg aktivis rohis yg bila berbicara dgn lawan jenis, sgt dekat posisi tubuhnya.
"Mbak, akhwat yg itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama ikhwan itu?," tanya sang mad'u kepada murabbinya karena ia sering melihat 2 aktivis rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yg sudah menikah.
"Duh? ngeri, lihat itu? ikhwan-akhwat berbicaranya sangat dekat??," ujar seorang akhwat kepada juniornya, dgn wajah resah, ketika melihat ikhwan-akhwat di depan masjid yg tak jauh beda seperti orang berpacaran.
"Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama akhwat?," Tanya seorang akhwat penuh keheranan.

Demikianlah kejadian yg sering dipertanyakan

Pelanggaran batas2 pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi & hal itu bisa disebabkan karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.

bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi penampilan luar kita dgn jilbab lebar warna warni atau dgn berjanggut & celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman & amal.


Sesungguhnya panggilan 'ikhwan' / 'akhwat' adalah panggilan persaudaraan.
'Ikhwan' artinya adalah saudara laki-laki, 'akhwat' adalah saudara perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar itu ditujukan untuk orang2 yg berjuang menegakkan agama-Nya, yg islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya, akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-'ikhwanan'-nya atau ke-'akhwatan'-nya bila belum bisa menjaga batas2 pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.

Aktivis sekuler tak lagi segan !!!
Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yg berkata kepadanya, "Ustadz, dulu saya salut pada orang2 rohis karena bisa menjaga pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dgn kami. Kami jadi tak segan lagi."
Ungkapan aktivis sekuler di atas dpt menohok kita selaku jundi2 yg ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dgn lawan jenis memang bukanlah hal mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita, demikian pula sebaliknya. Hanya dgn keimanan yg kokoh & mujahadah sajalah yg membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.

Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat
Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:
1. Pulang Berdua
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yg sama maka akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Ber2 saja, musik yg diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu2 cinta lainnya.
2. Rapat Berhadap-Hadapan
Rapat dgn posisi berhadap2an seperti ini sangatlah 'cair' & rentan ikhtilath. Alangkahbaiknya - bila belum mampu menggunakan hijab - dibuat jarak yg cukup antara ikhwan-akhwat.
3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
Bukankah ada pepatah yg mengatakan, "Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati". Maka jgn kita ikuti seruan yg mengatakan, "Ah, tidak perlu gadhul bashar, yg penting kan jaga hati!" Namun, tentu aplikasinya tidak harus dgn cara selalu menunduk ke tanah sampai2 menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.
4. Duduk/ Jalan Berduaan
Duduk ber2 di taman kampus tuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tdk ambil pusing dgn apa yg sedang didiskusikan karena yg terlihat di mata mereka adalah aktivis ber2an, titik. Menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik.
5. "Men-tek" Untuk Menikah
"Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya 3 tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang." Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga 'men-tek' seorang akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.
6. Telfon Tidak Urgen
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.
7. SMS Tidak Urgen
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan
da'wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
8. Berbicara Mendayu-Dayu
"Deuu si akhiii, antum bisa aja deh?.."ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil & terdengar sedikit manja.
9. Bahasa Yang Akrab
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yg disampaikan begitu akrabnya, "Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :)." Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dpt membekas di hati si penerima atau si pengirim sendiri.
10. Curhat
"Duh, bagaimana ya?., ane bingung nih, banyak masalah begini ? & begitu, akh?." Curhat ber2an akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian menimbulkan permainan hati yg bisa menganggu tribulasi da'wah. Apatah lagi bila yg dicurhatkan tdk ada sangkut pautnya dgn da'wah.
11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal2 penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar kemana-mana & tidak fokus pd da'wah karena khalwat virtual bisa saja terjadi.
12. Bercanda ikhwan-akhwat
"Biasa aza lagi, ukhtiii? hehehehe," ujar seorang ikhwan sambil tertawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.

Dalil untuk nomor 1-5:
a. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kpd Allah & hari akhir, maka jgn sekali2 dia bersendirian dgn seorg perempuan yg tdk bersama mahramnya, karena yg ke3nya ialah syaitan." (HR.Ahmad)
b. Allah SWT berfirman, "Katakanlah kpd org laki-laki yg beriman, 'Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya??"(QS.24: 30)
c. Allah SWT berfirman, "Katakanlah kpd wanita yg beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, & memelihara kemaluannya??" (QS.24: 31)
d. Rasulullah SAW bersabda, "Pandangan mata adalah salah 1 dari panah2 iblis,barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dlm hatinya."
e. Rasulullah saw. Bersabda, "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yg 1 dgn pandangan yg lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yg pertama, sedang pandangan yg ke2 adalah resiko bagimu." (HR Ahmad)

Dalil untuk nomor 6-12:
"... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yg ada penyakit di dalam hatinya..." (Al Ahzab: 32)


Penutup
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki & perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak khalwat (ber2an), tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.
Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yg keji dan suatu jalan yg buruk." (QS. Al Isra:32).
Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na'udzubillah.

Maka, bersama2 saling menjaga pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat?., jagalah para ikhwan. wahai ikhwan?., jagalah para akhwat. Jagalah agar tdk terjerumus ke dlm kategori mendekati zina.


"Ya Rabbi?, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir ataupun terkena debu2 yg dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yg jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan2 itu pada kami sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami ya Allah�.

Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali cermin hati kami.

Kabulkanlah ya Allahï

Selengkapnya......

Adab Memberi Salam


Segala puji bagi Allah semata dan shalawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tiada Nabi setelahnya. Sesungguhnya salam itu merupakan sunnah terdahulu sejak zaman Nabi Adam ‘alaihi salam hingga ke hari kiamat, dan salam merupakan ucapan para penghuni syurga, Dan ucapan mereka di dalamnya adalah salam. Salam merupakan sunnah para Nabi, tabiat orang-orang yang bertakwa dan semboyan orang-orang yang suci. Namun, dewasa ini, benar-benar telah terjadi kekejian yang nyata dan perpecahan yang terang di tengah-tengah kaum muslimin! Jikalau engkau melihat mereka, ada saudara semuslim yang melintasi mereka, mereka tidak mengucapkan salam kepadanya. Sebagian lagi hanya mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenalinya saja, bahkan mereka merasa aneh ketika ada orang yang tidak dikenalinya memberi salam kepadanya, mereka mengingkarinya dengan menyatakan “Apakah anda mengenali saya?”.

ADAB-ADAB SALAM
Disunnahkan tatkala bertemu dua jenis orang di jalan, yaitu orang yang berkenderaan supaya memberi salam kepada yang berjalan kaki, yang sedikit kepada yang ramai dan yang muda kepada yang tua. Bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Hendaklah memberi salam bagi yang berkenderaan kepada pejalan kaki, yang berjalan kaki kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang ramai.” (HR. Muslim).
Seyogyanya orang yang hendak memberikan salam kepada kaum muslimin dengan mengucapkan salam dan bukan dengan ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘selamat datang’ ataupun ‘halo’, hendaknya dia memulai dengan salam dahulu, baru kemudian dia boleh menyambutnya dengan sapaan yang diperbolehkan di dalam Islam.
Disukai bagi seorang muslim yang akan masuk ke rumahnya, mengucapkan salam terlebih dahulu, kerana sesungguhnya berkah itu turun beserta salam, bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika engkau hendak masuk ke rumahmu, hendaklah engkau salam, niscaya berkah akan turun kepadamu dan keluargamu.” (HR Turmudzi). “Dan jika tidak ada seorangpun di dalamnya, maka ucapkan, Assalamu’alainaa ‘ibaadillahish shaalihin.” (HR Muslim).
Seyogyanya mengucapkan salam itu dengan suara yang dapat didengar namun tidak mengganggu orang yang mendengar dan membangunkan orang yang tidur. Dari Miqdad Radhiallahu ‘anhu berkata : “Kami mengangkat untuk Nabi bahagiannya daripada susu, dan beliau tiba saat malam, mengucapkan salam dengan suara yang tidak membangunkan orang yang tidur dan dapat didengar oleh orang yang jaga.” (HR Muslim).
Dianjurkan untuk memberikan salam dan mengulanginya lagi jika terpisah dengan saudaranya, walaupun hanya dipisahkan oleh tembok. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, hendaklah dia memberikan salam, dan jika terpisah antara keduanya oleh pohon, tembok ataupun batu besar lalu bertemu kembali, hendaklah kalian mengucapkan salam lagi kepadanya.” (HR Abu Dawud).
Jumhur ulama’ memperbolehkan seorang lelaki mengucapkan salam kepada seorang wanita, dan sebaliknya, selama aman daripada fitnah, sebagaimana seorang wanita mengucapkan salam kepada mahramnya, maka wajib juga atasnya untuk menjawab salam daripada mereka. Demikian halnya seorang laki-laki kepada mahramnya wajib atasnya menjawab salam dari mereka. Jika dia seorang ajnabiyah (wanita bukan mahram), maka tidaklah mengapa mengucapkan salam kepadanya ataupun membalas salamnya jika wanita tersebut yang mengucapkan salam, selama aman daripada fitnah, dengan syarat tanpa bersentuhan tangan/jabat tangan dan mendayu-dayukan suara.
Sebagian masyarakat menjadikan salam itu berbentuk isyarat atau memberi tanda dengan tangan. Jika seseorang yang mengucapkan salam itu jauh, maka mengucapkan salam sambil memberikan isyarat diperbolehkan, selama dia tidak dapat mendengar salam kita, karena isyarat ketika itu menjadi penunjuk salam dan tidak ada pengganti selainnya, juga demikian dalam membalasnya.
Dianjurkan bagi orang yang duduk mengucapkan salam ketika dia hendak berdiri di dalam majlisnya. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kalian mendatangi suatu majlis hendaklah memberi salam, dan jika hendak berdiri seyogiyanya juga memberi salam, dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak daripada yang terakhir”. (HR. Abu Dawud)
Disunnahkan berjabat tangan ketika memberi salam dan memberikan tangannya kepada saudaranya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah bertemu dua orang muslim kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
Menunjukkan wajah yang ceria, bermanis muka dan tersenyum ketika salam. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Senyummu kepada saudaramu itu sedekah”, dan sabdanya pula “Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun hanya bermanis muka terhadap saudaramu”. (HR. Muslim)
Disunnahkan memberi salam kepada anak-anak sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukannya, dan yang demikian ini adalah suatu hal yang menggembirakan mereka, menanamkan rasa percaya diri dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu di dalam hati mereka.
Tidak diperbolehkan memulai salam kepada orang kafir sebagaimana di dalam sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah mendahului Yahudi dan Nasrani dengan ucapan salam, jika engkau menemui salah seorang daripada mereka di jalan, desaklah hingga mereka menepi dari jalan”. (HR. Muslim) dan bersabda pula Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika ahli kitab memberi salam kepadamu maka jawablah dengan wa’alaikum” (mutafaq alaihi).
Maka hidupkanlah, wahai hamba Allah sunnah yang agung ini di tengah-tengah kaum muslimin agar lebih mempereratkan hati-hati kalian dan menyatukan jiwa-jiwa kalian serta untuk meraih ganjaran dan pahala di sisi Allah. Semoga salam dan shalawat senantiasa tercurahkan atas Nabi, keluarga baginda dan shahabat-shahabat baginda seluruhnya. Amin..
Dirangkum dari http://geocities.com/abu_amman/SHIFATSALAM.htm oleh : Abdul Malik al-Qosim

Selengkapnya......

Menguap Menurut Islam


Daripada Abu Hurairah r. a. bahawasanya Baginda Rasulullah saw bersabda bermaksud: “Sesungguhnya Allah swt suka orang yang bersin, dan membenci orang yang menguap. Maka apabila seseorang kamu bersin, lalu dia mengucapkan 'Alhamdulillah', maka adalah hak atas setiap Muslim yang mendengarnya pula mengucapkan 'Yarhamukallah!'.

Adapun menguap itu adalah daripada syaitan. Maka apabila seseorang kamu menguap, hendaklah dia menahannya sekadar termampu. Sebab sesungguhnya apabila seseorang kamu menguap, syaitan akan mentertawakannya. (Hadist Riwayat Bukhari)

Daripada Abu Said Al-Khudri r. a., katanya : Telah bersabda Rasulullah s. a. w. yang bermaksud: “Apabila seseorang kamu menguap, hendaklah dia meletakkan tangannya pada mulutnya, kerana sesungguhnya syaitan itu akan masuk (melalui mulut yang terbuka.” Riwayat Imam Muslim

Nabi Muhammad saw bersabda maksudnya: “Sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang bersin, dan membenci orang-orang yang menguap . Maka apabila seseorang kamu menguap, jangan sampai berbunyi, kerana yang demikian itu daripada syaitan yang mentertawakanmu.” Hadith riwayat Imam Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi

Daripada Abdullah bin Az-Zubair r. a., katanya: Telah bersabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah swt membenci sesiapa yang mengangkat suara ketika menguap dan bersin.” Hadith riwayat Imam Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi

Pengajaran daripada maksud hadith, antara adap-adap menguap dan bersin:

1. Berusaha menahan menguap sekadar termampu terutama ketika solat.

2. Meletakkan tangan di atas mulut untuk menahan menguap sama ada di dalam atau di luar solat.

3. Makruh mengeluarkan suara dan mengangkat bunyi ketika menguap atau bersin.

4. Sunat ketika bersin mengucapkan
“Alhamdulillah” dan orang yang mendengarnya pula mengucapkan “Yarhamukallah”.

5. Sunat mengucapkan “Astaghfirullah” selepas menguap.

Selengkapnya......

Menampilkan Pesan Saat Blog dibuka


Assalamualikum Wr.Wb
Eh...ketemu lagi...
sahabat blogger ku yang di Cintai Allah, neh saya punya sesuatu yang bisa menambah perbendaharaan trik tips ngeblog kita..
sahabat saat buka blog ini pasti ada pesan "Terimakasih atas kunjungannya, semoga berkesan ,ditunggu kunjungan berikutnya!!!' kurang lebih seperti itu.
nah pada kesempatan ini saya coba berbagi bagaimana cara membuat seperti itu..
caranya gampang...Nyimak yukkk....!!!

Pertama-tama sahabat baca bismillah dulu sebelum memulai mencoba trik ini, agar dapat Ridho dari Allah n' dapat bermanfaat bagi kita.
nah langsung aja... sahabat login ke blogger sahabat(1)
setelah login sahabat masuk ke Page element(2), nah klo udah tambahkan element di blog sahabat pilih add html/java script (3),abis itu kemudian copy paste script di atas (4), klo udah di paste ganti kata yang warna merah dengan pesan yang mau sahabat masukin (5), nah udah deh sekarang liat hasilnya...eit jangan lupa di save ya.

Selengkapnya......

Membuat teks berjalan di Address bar


Sahabat tau kan adress bar..pasti pernah liat juga blog yang adress barnya ada teks yang berjalan..kebetulan saya pernah mau mencobanya, tapi karena saya tidak terlalu suka trus saya ndak jadi dah.Nah karena sebagai Umat yang baik saya ingin mencoba berbagi bagaimana cara membuat text berjalan di adress bar (maaf englishnya blepotan gk tau adress bar itu tulisannya kayak apa). dah ah kelamaan yuk kita mulai cara buatnya..


source kode ini saya dapat di blog teman saya (dian-moslem.blogspot.com)dan sekaligus sempat dikasih tau caranya.
caranya sangat mudah sekali pertama sahabat buka bloggernya dan masuk ke edit HTML klo udah copy script yang tertera di gambar di atas. klo udah ganti teks yang ada dalam tanda petik dengan teks yang sahabat inginkan, selain itu sahabat juga bisa mengatur kecepatan gerak text tersebut. trus klo sudah save template trus liat hasilnya. Dah ah dicoba dulu sana.klo gk berhasil terus coba sampai berhasil. dan jangan lupa tetap Semangat Untuk Berubah!!!!

Selengkapnya......

Mengumpulkan Friend Blog Dalam Link Nama


Pernah Liat yang seperti ini di blog >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
ya benar sekali..yang bergaris bawah adalah nama2 yang punya blog, dan jika di klik nama itu langsung akan terbuka blok yang dituju. kenapa bisa begitu..karena, pengunjung blog kita jika ingin meninggalkan linknya di blog kita cukup isi nama dan alamat blog or webnya otomatis akan tersimpan di blog kita dengan nama bergaris bawah seperti gambar disamping.
Nah sekarang gimana cara buatnya...yuk kita simak

cara membuat linkme-up ini gampang sekali. Cukup sahabat blogger klik website ini
setelah terbuka webnya sahabat lagsung klik Get your own linker now!! , maka secara otomatis akan meminta sahabat untuk regristrasi.
isi secara lengkap form registrasi tersebut. nah...setelah selesai register sahabat diminta untuk Login, sahabat cukup isi yang di bagian Sign in to linkManager.
setelah login sahabat akan masuk ke halaman berikutnya. nah..di pilihan Quick Links sahabat pilih Get the linker HTML codes trus secara otomatis sahabat akan diberikan script linkme-up, klo udah copy dan paste di blog dengan membuat page element baru.
mudah kan....silahkan dicoba...yang penting tetep Semangat untuk Berubah!!!

Selengkapnya......

Cara Memasukan Kalender Islam di BLog


Assalamualaikum!!!
sahabat...mau tau cara memasukan Kalender Islam Ke dalam blog.??? caranya gampang kok sedikit yang saya tau..ikutin langkah-langkahnya ya...:

1. buka situs www.hijriah.jentayu.com atau klik disini
2. klo udah masuk trus ikutin dah perintah disitu...
3. klo masih bingung klik disini buat langsung dapetin script kalender hijriahnya
4. klo udah di copy..trus buka blog sahabat masuk ke page element n' add new element pilih add html and java script.
5. klo udah kebuka paste deh script yang udah di copy tadi
6. klo udah save dan liat hasilnya
klo belum berhasil hubungi saya aja di blog ini...
mungkin itu sekilas yang saya tau tentang cara memasukan kalender islam ke blog kita. semoga bermanfaat dan tetap Semangat Untuk Berubah !!!! wassalamualaikum

Selengkapnya......

20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Tamat)


Dalam tulisan bagian pertama, telah dipaparkan betapa organisasi Boedhi Oetomo (BO) sama sekali tidak pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO.

Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN.
Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.

Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut—SI dan BO—maka di bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya:

Tujuan:
- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya,
- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar BO Pasal 2).

Sifat:
- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,
- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,

Bahasa:
- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,
- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda

Sikap Terhadap Belanda:
- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda,
- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda,

Sikap Terhadap Agama:
- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya,
- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)

Perjuangan Kemerdekaan:
- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,
- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,

Korban Perjuangan:
- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,
- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul,

Kerakyatan:
- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,
- BO bersifat feodal dan keningratan,

Melawan Arus:
- SI berjuang melawan arus penjajahan,
- BO menurutkan kemauan arus penjajahan,

Kelahiran:
- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,
- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,

Seharusnya 16 Oktober
Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16 Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan logis untuk menolak hal ini.

Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti Islam dan a-historis.

Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali, maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan catatan “Hari Kebangkitan Nasional”. (Tamat/Rizki Ridyasmara)
sumber : Eramuslim

Selengkapnya......

20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Bag.1)


Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen).

Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata.

Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya.

Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.

Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu.

Pendukung Penjajahan Belanda

Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.

KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.

“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN.

BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.

Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.

Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”

Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.

Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.
Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.

Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)
sumber : Eramuslim

Selengkapnya......

Aceh Tidak Pernah Berontak Pada NKRI


Di dalam buku-buku pelajaran sejarah dan media massa nasional, beberapa tahun sebelum terciptanya perdamaian di Nangroe Aceh Darussalam, kita sering mendengar istilah ‘pemberontakan rakyat Aceh’ atau ‘pemberontakan Aceh’ terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejak zaman kekuasaan Bung Karno hingga presiden-presiden penerusnya, sejumlah ‘kontingen’ pasukan dari berbagai daerah—terutama dari Jawa—dikirim ke Aceh untuk ‘memadamkan’ pemberontakan ini. Kita seakan menerima begitu saja istilah ‘pemberontakan’ yang dilakukan Aceh terhadap NKRI.

Namun tahukah kita bahwa istilah tersebut sesungguhnya bias dan kurang tepat? Karena sesungguhnya—dan ini fakta sejarah—bahwa Naggroe Aceh Darussalam sebenarnya tidak pernah berontak pada NKRI, namun menarik kembali kesepakatannya dengan NKRI. Dua istilah ini, “berontak” dengan “menarik kesepakatan” merupakan dua hal yang sangat berbeda.

Sudah Merdeka Sebelum NKRI Lahir

NKRI secara resmi baru merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Sedangkan Nanggroe Aceh Darussalam sudah berabad-abad sebelumnya merdeka, memiliki hukum kenegaraan (Qanun)nya sendiri, menjalin persahabatan dengan negeri-negeri seberang lautan, dan bahkan pernah menjadi bagian (protektorat) dari Kekhalifahan Islam Tuki Utsmaniyah.

Jadi, bagaimana bisa sebuah negara yang merdeka dan berdaulat sejak abad ke-14 Masehi, bersamaan dengan pudarnya kekuasaan Kerajaan Budha Sriwijaya, dianggap memberontak pada sebuah Negara yang baru merdeka di abad ke -20?

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan negara berdaulat yang sama sekali tidak pernah tunduk pada penjajah Barat. Penjajah Belanda pernah dua kali mengirimkan pasukannya dalam jumlah yang amat besar untuk menyerang dan menundukkan Aceh, namun keduanya menemui kegagalan, walau dalam serangan yang terakhir Belanda bisa menduduki pusat-pusat negerinya.

Sejak melawan Portugis hingga VOC Belanda, yang ada di dalam dada rakyat Aceh adalah mempertahankan marwah, harga diri dan martabat, Aceh Darussalam sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Qanun Meukuta Alam yang bernafaskan Islam.

Saat itu, kita harus akui dengan jujur, tidak ada dalam benak rakyat Aceh soal yang namanya membela Indonesia. Sudah ratusan tahun, berabad-abad Kerajaan Aceh Darussalam berdiri dengan tegak bahkan diakui oleh dunia Timur dan Barat sebagai “Negara” yang merdeka dan berdaulat.

Istilah “Indonesia” sendiri baru saja lahir di abad ke-19. Jika diumpamakan dengan manusia, maka Aceh Darussalam adalah seorang manusia dewasa yang sudah kaya dengan asam-garam kehidupan, kuat, dan mandiri, sedang “Indonesia” masih berupa jabang bayi yang untuk makan sendiri saja belumlah mampu melakukannya.

Banyak literatur sejarah juga lazim menyebut orang Aceh sebagai “Rakyat Aceh”, tapi tidak pernah menyebut hal yang sama untuk suku-suku lainnya di Nusantara. Tidak pernah sejarah menyebut orang Jawa sebagai rakyat Jawa, orang Kalimantan sebagai rakyat Kalimantan, dan sebagainya. Yang ada hanya rakyat Aceh. Karena Aceh sedari dulu memang sebuah bangsa yang sudah merdeka dan berdaulat.

Dipersatukan Oleh Akidah Islamiyah

Kesediaan rakyat Aceh mendukung perjuangan bangsa Indonesia, bahkan dengan penuh keikhlasan menyumbangkan segenap sumber daya manusia dan hartanya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia—lebih dari daerah mana pun di seluruh Nusantara, adalah semata-mata karena rakyat Aceh merasakan ikatan persaudaraan dalam satu akidah dan satu iman dengan rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim.

Ukhuwah Islamiyah inilah yang mempersatukan rakyat Aceh dengan bangsa Indonesia. Apalagi Bung Karno dengan berlinang airmata pernah berjanji bahwa untuk Aceh, Republik Indonesia akan menjamin dan memberi kebebasan serta mendukung penuh pelaksanaan syariat Islam di wilayahnya. Sesuatu yang memang menjadi urat nadi bangsa Aceh.

Namun sejarah juga mencatat bahwa belum kering bibir Bung Karno mengucap, janji yang pernah dikatakannya itu dikhianatinya sendiri. Bahkan secara sepihak hak rakyat Aceh untuk mengatur dirinya sendiri dilenyapkan. Aceh disatukan sebagai Provinsi Sumatera Utara. Hal ini jelas amat sangat menyinggung harga diri rakyat Aceh.

Dengan kebijakan ini, pemerintah Jakarta sangat gegabah karena sama sekali tidak memperhitungkan sosio-kultural dan landasan historis rakyat Aceh. Bukannya apa-apa, ratusan tahun lalu ketika masyarakat Aceh sudah sedemikian makmur, ilmu pengetahuan sudah tinggi, dayah dan perpustakaan sudah banyak menyebar seantero wilayah, bahkan sudah banyak orang Aceh yang menguasai bahasa asing lebih dari empat bahasa, di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Provinsi Sumatera Utara pada waktu itu, manusia-manusia yang mendiami wilayah itu masih berperadaban purba. Masih banyak suku-suku kanibal, belum mengenal buku, apa lagi baca-tulis. Hanya wilayah pesisir yang sudah berperadaban karena bersinggungan dengan para pedagang dari banyak negeri.

Saat perang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda pun, bantuan dari Aceh berupa logistik dan juga pasukan pun mengalir ke Medan Area. Bahkan ketika arus pengungsian dari wilayah Sumatera Utara masuk ke wilayah Aceh, rakyat Aceh menyambutnya dengan tangan terbuka dan tulus. Jadi jelas, ketika Jakarta malah melebur Aceh menjadi Provinsi Sumatera Utara, rakyat Aceh amat tersinggung.

Tak mengherankan jika rakyat Aceh, dipelopori PUSA dengan Teungku Daud Beureueh, menarik kembali janji kesediaan bergabung dengan Republik Indonesia di tahun 1953 dan lebih memilih untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII) yang lebih dulu diproklamirkan S. M. Kartosuwiryo di Jawa Barat. Ini semata-mata demi kemaslahatan dakwah dan syiar Islam. Dengan logika ini, Aceh bukanlah berontak atau separatis, tapi lebih tepat dengan istilah: menarik kembali kesediaan bergabung dengan republik karena tidak ada manfaatnya.

Pandangan orang kebanyakan bahwa Teungku Muhammad Daud Beureueh dan pengikutnya tidak nasionalis adalah pandangan yang amat keliru dan a-historis. Karena sejarah mencatat dengan tinta emas betapa rakyat Aceh dan Daud Beureueh menyambut kemerdekaan Indonesia dengan gegap-gempita dan sumpah setia, bahkan dengan seluruh sisa-sisa kekuatan yang ada berjibaku mempertahankan kemerdekaan negeri ini menghadapi rongrongan konspirasi Barat.

Cara Pandang ‘Majapahitisme’

Mengatakan Aceh pernah melakukan pemberontakan terhadap NKRI merupakan cara pandang yang berangkat dari paradigma ‘Majapahitisme’. Bukan hal yang perlu ditutup-tutupi bahwa cara pandang Orde Lama maupun Baru selama ini terlalu Majapahitisme’ atau Jawa Sentris, semua dianggap sama dengan kultur Jawa Hindu. Bahkan simbol-simbol negara pun diistilahkan dengan istilah-istilah sansekerta, yang kental pengaruh Hindu dan paganisme yang dalam akidah Islam dianggap sebagai syirik, mempersekutukan Allah SWT dan termasuk dosa yang tidak terampunkan.

Bukankah suatu hal yang amat aneh, suatu negeri mayoritas Islam terbesar dunia tapi simbol negaranya sarat dengan istilah Hindu. Ini merupakan suatu bukti tidak selarasnya aspirasi penguasa dengan rakyatnya. Padahal Islam tidak mengenal, bahkan menentang mistisme atau hal-hal berbau syirik lainnya. Rakyat Aceh sangat paham dan cerdas untuk menilai bahwa hal-hal seperti ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima.

Sosio-kultural raja-raja Jawa sangat kental dengan nuansa Hinduisme. Raja merupakan titisan dewa, suara raja adalah suara dewa. Sebab itu, di Jawa ada istilah “Sabda Pandhita Ratu” yang tidak boleh dilanggar. Raja di Jawa biasa berbuat seenaknya, bisa menciptakan peraturanya sendiri dan tidak ada yang protes ketika dia melanggarnya. Malah menurut beberapa literatur sejarah, ada raja-raja di Jawa yang memiliki hak untuk “mencicipi keperawanan” setiap perempuan yang disukainya di dalam wilayah kekuasaannya. Jadi, ketika malam pengantin, mempelai perempuan itu bukannya tidur dengan sang mempelai laki, tetapi dengan rajanya dulu untuk dicicipi, setelah itu baru giliran sang mempelai lelaki.

Ini sangat bertentangan dengan sosio-kultural para Sultan dan Sultanah di Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam Islam, penguasa adalah pemegang amanah yang wajib mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hari akhir kelak kepada Allah SWT.

Kerajaan Aceh Darussalam saat diperintah oleh Sultan Iskandar Muda telah memiliki semacam Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR-MPR) yang hak dan kewajibannya telah di atur dalam ‘Konstitusi Negara” Qanun Meukota Alam. Ada pula Dewan Syuro yang berisikan sejumlah ulama berpengaruh yang bertugas menasehati penguasa dan memberi arahan-arahan diminta atau pun tidak. Aceh juga telah memiliki penguasa-penguasa lokal yang bertanggungjawab kepada pemerintahan pusat. Jadi, seorang penguasa di Kerajaan Aceh Darussalam tidak bisa berbuat seenaknya, karena sikap dan tindak-tanduknya dibatasi oleh Qanun Meukuta Alam yang didasari oleh nilai-nilai Quraniyah.

Jadi, jelaslah bahwa sosio-kultur antara Nanggroe Aceh Darussalam dengan kerajaan-kerajaan Hindu amat bertolak-belakang.

Nangroe Aceh Darussalam bersedia mendukung dan menyatukan diri dengan NKRI atas bujukan Soekarno, semata-mata karena meyakini tali ukhuwah Islamiyah. Namun ketika Aceh dikhianati dan bahkan di masa Orde Lama maupun Orde Baru diperah habis-habisan seluruh sumber daya alamnya, disedot ke Jawa, maka dengan sendirinya Aceh menarik kembali kesediaannya bergabung dengan NKRI. Aceh menarik kembali kesepakatannya, bukan memberontak. Ini semata-mata karena kesalahan yang dilakukan “Pemerintah Jakarta” terhadap Nanggroe Aceh Darussalam.

Dan ketika Nanggroe Aceh Darussalam sudah mau bersatu kembali ke dalam NKRI, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bersedia meletakkan senjatanya dan memilih jalan berparlemen, Aceh sekarang dipimpin seorang putera daerahnya lewat sebuah pemilihan yang sangat demokratis, maka sudah seyogyanya NKRI memperlakukan Aceh dengan adil dan proporsional.

Puluhan tahun sudah Aceh menyumbangkan kekayaannya untuk kesejahteraan seluruh Nusantara, terutama Tanah Jawa, maka sekarang sudah saatnya “Jawa” membangun Aceh. Mudah-mudahan ‘kesepakatan’ ini bisa menjadi abadi, semata-mata dipeliharanya prinsip-prinsip keadilan dan saling harga-menghargai. (Rz)
sumber : Eramuslim

Selengkapnya......